Oleh: Hidayatullah Muttaqin
Tren kesembuhan pasien COVID-19 Kalimantan Selatan semakin menggembirakan, sebab jumlahnya terus bertambah melebihi jumlah pasien yang dirawat dan tingkat kesembuhannya atau case recovery rate (CRR) sudah lebih dari 50 persen. Per 6 Agustus 2020 jumlah kesembuhan COVID-19 Kalsel sudah mencapai angka 3798 dengan CRR sebesar 58,63 persen. Namun diperlukan waktu yang lama untuk mendapatkan jumlah kesembuhan lebih besar dari jumlah pasien yang dirawat, yaitu 124 hari sejak kasus pertama pada 22 Maret. Juga angka CRR masih di bawah CRR nasional. Artinya tingkat kesembuhan COVID-19 Kalsel masih di bawah rata-rata tingkat kesembuhan nasional (Lihat infografis Kesembuhan dan Kematian COVID-19 Kalimantan Selatan).
Tertatih Meningkatkan Kesembuhan COVID-19
Provinsi Kalimantan Selatan adalah salah satu provinsi yang paling terpapar COVID-19 di Indonesia. Hingga saat ini Kalsel berada pada peringkat ke-6 untuk provinsi dengan jumlah kasus paling banyak secara absolut yaitu 6478 kasus, dan peringkat ke-2 dari sisi laju insidensi (attack rate) per 100 ribu penduduk dengan jumlah kasus 151.
Kalsel memang tertatih-tatih untuk menaikkan angka kesembuhan. Perlu waktu 12 hari bagi Kalsel untuk menarik jumlah kesembuhan lebih tinggi dari angka kematian sejak kasus meninggal pertama pada 9 April 2020. Sementara untuk mengangkat jumlah kesembuhan dua kali lipat dari jumlah kematian diperlukan waktu 20 hari. Untuk mencapai jumlah kesembuhan lima kali lipat dari jumlah kematian diperlukan 89 hari dan 107 hari untuk berada pada level 10 kali lipat.
Untuk meningkatkan angka kesembuhan, selain peningkatan pelayanan kesehatan termasuk dari aspek psikologi pasien, juga diperlukan kecepatan kita dalam mendeteksi penduduk yang terinfeksi. Jika keberadaan penduduk yang terinfeksi COVID-19 cepat diketahui, maka potensi kesembuhan pasien cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan yang terlambat tertangani. Karena itu strategi 3T, yaitu test, tracing dan treatment adalah menjadi salah satu kuncinya. Strategi ini juga sangat penting untuk mengisolasi penyebaran COVID-19.
Simalakama 3T bagi Politisi
Hanya saja strategi 3T ini seperti buah simalakama bagi politisi yang sedang memimpin daerah. Sebab konsekuensi penerapan test, tracing, dan treatment adalah melonjaknya jumlah penduduk yang terkonfirmasi positif. Lonjakan kasus COVID-19 seolah-olah menjadi semacam aib bagi politisi yang akan memasuki arena musim pilkada di akhir tahun ini. Padahal ini adalah pola pikir yang salah.
Mengabaikan 3T karena takut kasusnya meningkat sama dengan membiarkan penyebaran COVID-19. Daerah dengan pemimpin seperti ini seperti menyimpan bara dalam sekam. Nanti kasusnya berpotensi akan meledak dan tingkat kematian atau case fatality rate (CFR) dapat menjadi tinggi akibat pasien terlambat ditangani dan fasilitas kesehatan tidak memadai untuk menghadapi lonjakan pasien yang harus dirawat di rumah sakit dalam waktu bersamaan.
Banjarmasin Motor COVID-19 Kalsel
Ada empat daerah di Kalimantan Selatan yang tingkat kesembuhannya (CRR) relatif tinggi dan tingkat kematiannya relatif rendah (CFR), yaitu Kabupaten Balangan, Kabupaten Tabalong, Kabupaten Tapin, dan Kabupaten Tanah Bumbu. Sedangkan daerah yang tingkat kesembuhannya relatif tinggi tetapi tingkat kematiannya juga tinggi adalah Kabupaten Hulu Sungai Selatan.
Adapun daerah yang tingkat kesembuhannya relatif rendah dan tingkat kematiannya relatif tinggi adalah Kota Banjarmasin, Kota Banjarbaru, Kabupaten Banjar, Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, dan Kabupaten Kotabaru. Khusus Kabupaten Kotabaru, meskipun CRR rendah dan CFR-nya tinggi, jumlah kasusnya paling rendah yaitu 123 kasus dengan laju insidensi sebanyak 35 kasus per 100 ribu penduduk.
Adapun Kota Banjarmasin dengan jumlah kasus positif sebanyak 2365, kasus aktif (pasien dirawat) 1052 kasus, laju insidensi 330 kasus per 100 ribu penduduk, tingkat kesembuhannya baru mencapai 49 persen dan berada di bawah angka case recovery rate (CRR) provinsi. Sedangkan tingkat kematian COVID-19 Kota Banjarmasin relatif masih tinggi dan paling tinggi di Kalimantan Selatan. Angka case fatality rate (CFR) Kota Banjarmasin adalah 6,5 persen.
Dengan kontirbusi jumlah kasus positif sebanyak 37 persen kasus provinsi, jumlah kesembuhan COVID-19 Kota Banjarmasin berada pada level 31 persen kesembuhan provinsi. Sebaliknya dari 300 jumlah kematian COVID-19 di Kalimantan Selatan, sebanyak 48 persen di antaranya berasal dari Kota Banjarmasin.
Kota Banjarmasin memang sangat terlambat dalam mengangkat angka kesembuhan COVID-19. Tercatat baru pada tanggal 26 Juni 2020 jumlah pasien sembuh di Kota Banjarmasin lebih besar dari jumlah pasien COVID-19 yang meninggal, yaitu masing-masing sebesar 141 pasien sembuh dan 115 pasien meninggal. Per 25 Juni, jumlah pasien sembuh sebanyak 113 sedangkan meninggal 115.
Lambatnya tingkat kesembuhan dan tingginya kematian COVID-19 di Kota Banjarmasin merupakan hal yang sangat ironi. Mengingat fasilitas kesehatan di kota ini adalah yang paling baik dibandingkan dengan seluruh daerah lainnya di Kalsel. Angka Indeks Pembangunan Manusia-nya (IPM) juga paling tinggi setelah Kota Banjarbaru. [Muttaq.in]
Hidayatullah Muttaqin adalah dosen Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan dan anggota Tim Pakar Percepatan Penanganan COVID-19 ULM
About The Author:
Hidayatullah Muttaqin adalah dosen Program Studi Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lambung Mangkurat, anggota Tim Pakar Covid-19 ULM dan Tim Ahli Satgas Covid-19 Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2020-2022. Email: Me@Taqin.ID