Waspada Penularan Setelah Liburan Lebaran Berakhir

Oleh: Hidayatullah Muttaqin

Mobilitas Melonjak Setelah Liburan

Mobilitas penduduk Kalimantan Selatan di pusat transportasi umum paska lebaran, khususnya setelah berakhirnya liburan panjang mengalami lonjakan.

Hingga 25 Mei 2021, tren lonjakan tersebut terjadi secara vertikal. Hal ini mengindikasikan kemungkinan arus balik mudik terjadi secara lebih masif setelah berakhirnya larangan pada 17 Mei.

Pola ini terjadi seperti keadaan masyarakat mudik lebih awal di bulan Ramadhan sebelum diberlakukannya larangan mudik mulai 6 Mei.

Mudik dan arus baliknya adalah mobilitas masif yang berpotensi membawa bibit virus Corona antar pulau dan antar daerah, dari kota ke desa dan sebaliknya dari desa ke kota.

Stay at Home Menurun

Sejak lebaran mobilitas penduduk di area pemukiman cenderung menurun. Tren ini menggambarkan durasi keberadaan masyarakat di kediamannya mengalami penurunan. Sebaliknya, mobilitas masyarakat ke luar rumah semakin meningkat.

Mobilitas paska lebaran terutama untuk kegiatan silaturahmi dan sosial, rekreasi dan wisata.

Kegiatan wisata lokal yang memicu kerumunan dan mengabaikan protokol kesehatan adalah sarana transmisi Covid-19.

Work From Office Melonjak

Mobilitas di tempat kerja pada bulan Ramadhan cukup tinggi tetapi kemudian langsung jatuh ketika sudah memasuki masa liburan lebaran. Mobilitas kerja kembali melonjak tajam setelah liburan berakhir.

Pelonjakan kembali mobilitas di tempat kerja setelah liburan adalah normal. Hanya saja situasi tersebut harusnya sudah diantisipasi dengan strategi yang tepat dan implimentatif. Sebab selama ini mobilitas di tempat kerja merupakan salah satu faktor pendorong penularan Covid-19, yaitu munculnya klaster perkantoran yang dapat bermetamorfosis menjadi klaster keluarga.

Strategi penting penanganan pandemi Covid-19 di perkantoran adalah:

  • Kontrol ketat penerapan protocol kesehatan di perkantoran pemerintahan dan swasta serta pabrik.
  • Kontrol ketat penerapan maksimal 50% Work From Office (WFO)

Pasar Tetap Padat

Mobilitas masyarakat, khususnya ibu-ibu berberlanja untuk memenuhi kebutuhan pokok dan rumah tangga di pasar tradisional, supermarket dan toko-toko bahan sembako mengalami penurunan sejak lebaran. Tetapi penurunan tersebut berhenti ketika masa libur sudah berakhir.

Tren mobilitas sembako paska lebaran ini, termasuk belanja di apotik, cenderung tinggi dan lebih besar dari kondisi menjelang lebaran. Situasi ini riskan akan terjadinya penularan, khususnya di pasar tradisional dengan kecenderungan tingkat kepadatannya tinggi.

Pemerintah pusat dan daerah sudah semestinya merancang digitalisasi pasar tradisional untuk mengurangi tingkat kepadatan dan sekaligus memfasilitasi kebutuhan ibu-ibu rumah tangga berbelanja serta menjaga ekonomi pedagang dari disrupsi teknologi dan disrupsi pandemi.

Pusat Perbelanjaan Sasaran Masyarakat

Setelah mengalami penurunan di masa liburan lebaran, mobilitas penduduk di pusat perbelanjaan dan tempat rekreasi komersial kembali mengalami lonjakan.

Lonjakan mobilitas tersebut terjadi setelah berakhirnya larangan (arus balik) mudik pada 17 Mei dan dimulainya hari kerja.

Ada kemungkinan peningkatan mobilitas ke pusat perbelanjaan tersebut juga didorong mobilitas penduduk dari daerah ke Kota Banjarmasin dan Banjarbaru untuk rekreasi dan berbelanja.

Situasi ini dapat memicu penularan Covid-19 jika arus masuk  pengunjung ke dalam mall tidak disertai skrining yang ketat, tidak memperhitungkan tingkat keterisian mall, tidak dilakukan control ketat pemakaian masker dan jaga jarak di dalam mall.

Kondisi yang sangat riskan di dalam mall adalah kegiatan makan dan minum di restoran dan kafe. Sangat dianjurkan agar diterapkan aturan tidak makan di tempat, tetapi take away saja.

Mobilitas Lokal Melonjak Saat Larangan Mudik

Pada masa liburan lebaran, mobilitas penduduk ke taman dan lapangan terbuka, termasuk pantai umum, melonjak melebihi situasi sebelum pandemi (garis baseline).

Lonjakan ini menunjukkan kebijakan larangan mudik tidak disertai antisipasi peningkatan mobilitas lokal yang cenderung menyebabkan terjadinya kerumunan.

Potensi Ledakan Covid-19 Paska Lebaran

Potensi ledakan kasus Covid-19 di Kalimantan Selatan paska lebaran cukup besar dengan beberapa alasan.

Pertama, secara mobilitas penduduk sebelum dan setelah lebaran di tahun 2021 jauh lebih tinggi dibandingkan tahun 2020. Masyarakat mengantisipasi larangan mudik dengan mudik terlebih dahulu sebelum diterapkannya larangan, serta balik mudik Ketika larangan arus balik sudah berakhir.

Kedua, terdapat peningkatan dramatis mobilitas antar daerah dan antar pulau sebelum dan setelah larangan mudik 6-17 Mei.

Ketiga, pembatasan perjalanan dan larangan mudik direspon masyarakat dalam bentuk peningkatan mobilitas lokal.

Keempat, jumlah kasus konfirmasi di bulan Ramadhan 2021 sebanyak 3.310 kasus atau 7 kali lipat kasus di bulan Ramadhan 2020.

Kelima, tingkat kedisiplinan warga dalam menerapkan protokol kesehatan masih rendah, sehingga setiap terjadi peningkatan mobilitas akan diikuti dengan bertambahnya kerumunan sehingga tidak terjaga physical distancing serta banyaknya warga yang tidak mengenakan masker.

Meskipun potensi ledakan kasus dan penularan tinggi, di atas kertas kasus yang tercatat akan sangat bergantung pada testing dan kemauan masyarakat untuk memeriksakan diri dan melapor ke puskesmas atau rumah sakit terdekat.

Kasus Mulai Melonjak di Minggu Kedua

Satu minggu setelah lebaran, perkembangan kasus konfirmasi positif Covid-19 harian di Kalimantan Selatan menunjukkan tren peningkatan.

Secara teknis peningkatan kasus konfirmasi sangat bergantung pada upaya tracing (strategis 3T) dan kesadaran masyarakat yang memiliki indikasi untuk melapor.

Upaya testing sudah seharusnya ditingkatkan secara masif paska lebaran mengingat besarnya potensi penularan Covid-19. Langkah ini perlu diterapkan meskipun konsekwensinya, daerah akan mengalami lonjakan kasus.

Ini penting agar kita dapat mencegah penularan yang lebih massif yaitu dengan mendeteksi sebanyak-banyaknya warga yang terinfeksi Covid-19 untuk kemudian mengisolasinya. Sementara yang bergejala berat, lansia, dan yang memiliki komorbid perlu mendapatkan perawatan segera agar kasus kematian dapat dicegah.

Jika upaya peningkatan strategi 3T ini tertahan sehingga kasus konfirmasi tidak meningkat, maka kita menghadapi bahaya terus melajunya penularan Covid-19 di tengah-tengah masyarakat. Penularan tersebut terus terjadi karena penduduk yang terinfeksi tidak menjalani isolasi.

Tembus 1000 Kasus Kematian Kumulatif

Selama satu minggu sejak lebaran (13-20 Mei), jumlah penduduk yang dikonfirmasi positif Covid-19 bertambah sebanyak 260 kasus. Setelah itu, jumlah kasus positif baru meningkat hampir 2 kali lipat sepanjang minggu kedua setelah lebaran (21-27 mei), yaitu sebanyak 416 kasus baru.

Sementara itu, kasus kematian yang dilaporkan pada minggu pertama sejak lebaran adalah 21 kasus. Pada minggu ke-2 turun menjadi 12 kasus. Pada minggu ke-2 setelah lebaran ini juga kematian karena Covid-19 di Kalimantan Selatan sudah menembus 1000 kasus.

Total kasus kematian dari 13 Mei hingga 29 Mei adalah sebanyak 40 kasus.

Data ini menunjukkan penurunan kasus konfirmasi positif Covid-19 secara lancip sejak awal Ramadhan hingga minggu pertama lebaran tidak disertai dengan penurunan kasus kematian secara signifikan.

Potensi ledakan akibat mobilitas penduduk sebelum dan setelah lebaran dan mulai meningkatnya kasus konfirmasi pada minggu ke-2 ini harus diantisipasi dengan kesiapan rumah sakit rujukan Covid-19 di Kalimantan Selatan. []

About The Author:

Hidayatullah Muttaqin adalah dosen Program Studi Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lambung Mangkurat, anggota Tim Pakar Covid-19 ULM dan Tim Ahli Satgas Covid-19 Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2020-2022. Email: Me@Taqin.ID 

Published On: 30 Mei 2021Categories: ArtikelTags: , , , ,