Oleh: Hidayatullah Muttaqin
Varian Delta B.1.617.2 pada saat ini menjadi pusat perhatian dunia.Virus varian dari India ini mengangkat kembali gelombang pandemi di America Serikat dan Benua Eropa serta belahan dunia lainnya dengan laju penularan 60% lebih tinggi dibanding varian Alpha B.1.1.7 dari Inggris dan menyebabkan dua kali lipat jumlah penderita yang membutuhkan layanan rumah sakit.
Varian Delta juga sudah terlacak di Indonesia dan diduga sebagai penyebab ledakan kasus nasional dalam dua minggu terakhir. Hingga 1 Juli, jumlah kasus kumulatif nasional mencapai 2.178.272 orang dengan 58.995 kasus kematian.
Satu bulan setelah Ramadhan rata-rata penambahan kasus positif Covid-19 Indonesia sebanyak 5.527 orang dengan jumlah kematian sbesar 165 orang per hari. Dalam seminggu terakhir kasus konfirmasi positif Covid-19 sudah melonjak tinggi hingga 3,9 kali lipat rata-rata kasus harian selama sebulan setelah Ramadhan. Sedangkan kasus kematian pada seminggu terakhir bertambah 2,6 kali lipat.
Besarnya dampak varian Delta pada kasus Covid-19 nasional, maka sudah kita harus melakukan mitigasi terhadap potensi masuknya varian dari India ini ke Kalimantan Selatan. Mitigasi ini bertujuan untuk mencegah ledakan kasus terjadi agar rumah sakit tidak overload, obat-obatan dan oksigen tetap tercukupi, melindungi tenaga kesehatan dan SDM kesehatan lainnya, serta menghindarkan lebih banyak kematian pasien Covid-19.
Strategi Pencegahan
Mitigasi adalah sebuah langkah untuk mencegah terjadinya suatu kondisi yang tidak diinginkan terjadi. Potensi kejadian diketahui berdasarkan prediksi berbasis data.
Dalam situasi pandemi Covid-19 nasional yang tengah meledak kasusnya akibat “amukan” varian Delta, sangatlah penting tindakan mitigasi masuknya varian Delta ke Banua kita. Mitigasi dilakukan dengan mempersiapkan masyarakat dari sisi pentingnya melindungi mereka dari bahaya Covid-19 sehingga mereka memiliki kesadaran untuk menerima, mendukung dan berpartisipasi dalam berbagai pembatasan yang akan diterapkan. Di sini masyarakat memerlukan ketauladanan dari setiap pemimpin daerah dan pemangku kebijakan.
Untuk mencegah potensi penyebaran varian Delta di Kalimantan Selatan, setidaknya ada empat strategi yang perlu diimplimentasikan. Pertama, menurunkan laju mobilitas penduduk baik mobilitas lokal maupun mobilitas antar daerah dan antar pulau. Strategi paling cepat untuk pengendalian mobilitas penduduk adalah dengan lockdown total. Namun strategi ini tidak diadopsi oleh Pemerintah Indonesia.
Menurunkan mobilitas penduduk tidak bisa hanya dengan mendirikan posko-posko pemeriksaan di perbatasan daerah sehingga kemudian berpotensi terjadi penumpunan manusia. Menurunkan mobilitas penduduk adalah dengan mengatur penyebab orang melakukan mobilitas. Penggerak terbesar mobilitas penduduk adalah kegiatan ekonomi. Karena itu upaya memperlambat mobilitas penduduk adalah dengan menurunkan “tensi” kegiatan ekonomi.
Kedua, meningkatkan penerapan protokol kesehatan yang ketat dengan melibatkan partisipasi masyarakat. Ketiga, melipatgandakan testing dan tracing agar warga yang terinfeksi cepat dideteksi dan diisolasi sehingga potensi penularan lebih jauh dapat dicegah.
Keempat adalah percepatan vaksinasi. Meskipun varian Delta berpotensi menurunkan efektivitas vaksin, tetapi berdasarkan berbagai hasil penelitian dua dosis suntikan vaksin dapat mengurangi risiko kesakitan dan kematian jika seseorang tertular Covid-19.
Pendekatan Kelompok Generasi
Penerapan keempat strategi pencegahan perlu dilihat dari sisi pendekatan demografi karena yang diatur adalah penduduk. Salah satunya adalah dengan melihat pola sebaran kasus dan risiko kematian Covid-19 menurut kelompok umur. Dalam hal ini yang digunakan adalah pendekatan kelompok generasi.
Pendekatan kelompok generasi ini dilakukan untuk melihat generasi apa yang menjadi motor penyebaran kasus Covid-19 di Kalimantan Selatan dan generasi yang mengalami risiko paling kematian paling besar. Pendekatan terhadap kelompok generasi harus disesuaikan karena perbedaan tingkat kematangan berpikir dan perbedaan jenis kegiatan dan tingkat aktivitas.
Merujuk kepada hasil analisis data NAR dari Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan, selama pandemi Covid-19 sampai dengan bulan Mei 2021 generasi yang paling banyak terpapar Covid-19 adalah Gen Y atau yang lebih dikenal sebagai Milenial yang pada tahun ini berumur antara 25 sampai dengan 40 tahun. Jumlah penderita Covid-19 Kalimantan Selatan dari kalangan Milenial adalah sebanyak 35,8%. Kemudian disusul Gen X (41-56 tahun) sebesar 26,8% dan Gen Z(9-24 tahun) 26,8% dari jumlah kasus kumulatif.
Data ini menggambarkan ketiga kelompok generasi mencakup 81,7% kasus provinsi adalah motor penyebaran Covid-19 di Kalimantan Selatan. Besarnya jumlah kasus Covid-19 pada kelompok tersebut tentu saja erat kaitannya dengan mobilitas dan pelanggaran prokes. Hanya saja mobilitas Generasi Milenial dan Gen X lebih tinggi dibanding Gen Z, dan sebaliknya kepatuhan penerapan prokes Gen Z lebih bermasalah.
Berdasarkan dugaan ini, maka target pengendalian mobilitas penduduk lebih kuat ditujukan kepada Milenial dan Gen X. Hal ini karena kedua generasi tersebut merupakan kelompok masyarakat yang paling mobil dan paling banyak mengisi sektor kegiatan ekonomi. Sedangkan upaya peningkatan penerapan prokes secara umum ditujukan kepada seluruh masyarakat, tetapi pendekatan khusus diberikan Gen Z. Keberhasilan mencegah penularan Covid-19 pada ketiga generasi tersebut akan sangat membantu menurunkan potensi daya rambat varian Delta di tengah-tengah masyarakat serta mencegah infeksi pada Post-Gen Z, Generasi Baby Boomers dan Pre-Boomers.
Adapaun generasi yang sangat rentan terhadap risiko kematian Covid-19 di Kalimantan Selatan adalah Generasi Pre-Boomers. Generasi ini merupakan penduduk yang berumur 75 tahun ke atas dengan tingkat rasio kematiannya mencapai 18,4%. Data ini secara sederhana dapat diterjemahkan dalam perbandingan setiap 100 penduduk berusia 75 tahun ke atas yang terinfeksi Covid-19 sebanyak 18 di antaranya meninggal dunia.
Kelompok generasi kedua yang paling tinggi risiko kematiannya adalah Generasi Baby Boomers yang pada saat ini berumur antara 57-75 tahun dengan risiko kematian 10,7%. Berikutnya adalah Gen X 4,3%, Generasi Milenial 0,7%, Generasi Post-Gen Z (0-8 tahun) 0,5% dan Gen Z 0,1%.
Berdasarkan data kasus kematian ini program vaksinasi sangat penting bagi kelompok yang paling rentan terhadap risiko kematian yaitu Generasi Pre-Boomers maupun Baby Boomers. Percepatan vaksinasi juga dilakukan terhadap Gen X karena risiko kematiannya juga cukup tinggi. Berdasarkan data NAR Kalsel, jumlah kasus kematian ketiga kelompok ini mencapai 88,7% total kematian Covid-19 provinsi. Artinya percepatan vaksinasi hingga dua dosis pada Gen X, Baby Boomers dan Pre-Boomers akan sangat membantu menurunkan kasus kematian khususnya di tengah ancaman invasi varian Delta. []
Tulisan ini dimuat dalam Rubrik Opini Harian Umum Radar Banjarmasin pada 3 Juli 2021. URL: https://kalsel.prokal.co/read/news/42092-mencegah-invasi-varian-delta-di-kalsel.html
About The Author:
Hidayatullah Muttaqin adalah dosen Program Studi Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lambung Mangkurat, anggota Tim Pakar Covid-19 ULM dan Tim Ahli Satgas Covid-19 Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2020-2022. Email: hidayatullah@taqin.id