Hidayatullah Muttaqin

Oleh: Hidayatullah Muttaqin, SE, MSI, PGD

Kota Banjarmasin akan melakukan simulasi pembukaan sekolah mulai Senin (16/11). Rencana pembelajaran tatap muka ini dilandasi oleh pandangan bahwa pandemi di Kota Banjarmasin sudah melandai, bahkan ada klaim sebagian besar kelurahan sudah berada dalam zona hijau. Betulkah pandemi Covid-19 di Banjarmasin melandai? Bagaimana potensi dampak pembukaan sekolah terhadap pertumbuhan dan penyebaran virus Corona?

Untuk memahami apakah pandemi sudah melandai tidak dapat hanya dengan melihat penurunan kasus baru. Ada dua indikator utama yang harus diperhatikan berdasarkan kriteria Organisasi Kesehatan Dunia, WHO, yaitu jumlah sampel tes dan positive rate.

Menurut WHO jumlah sampel tes Covid-19 yang diambil setiap minggu minimal 1/1000 penduduk. Untuk Kota Banjarmasin berarti minimal 700 sampel tes swab per minggunya atau sekitar 2.800 sampel per bulannya.

Ketika pengambilan sampel tes Covid-19 sangat kecil maka hasilnya tidak dapat menggambarkan kondisi riil. Konsekuensi kecilnya jumlah sampel adalah angka positive rate menjadi sangat tinggi.

Berdasarkan kajian yang saya lakukan terhadap perkembangan data kasus baru terkonfirmasi positif Covid-19 dan jumlah sampel harian baik pada level nasional dan di sejumlah daerah di Kalimantan Selatan, terdapat indikasi penurunan jumlah kasus baru positif Covid-19 karena turunnya jumlah sampel tes swab/pcr bukan karena pandemi sudah terkendali.

Dari analisis data Allrecords yang saya peroleh dari Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan, untuk Kota Banjarmasin puncak jumlah sampel tes yang diambil terjadi pada bulan Juli yaitu rata-rata sekitar 759 sampel per minggunya. Kemudian turun menjadi 287 per minggu pada bulan Agustus dan 157 per minggunya di bulan September.

Sementara jumlah kasus baru per minggu di bulan Agustus turun menjadi 138 kasus dari semula 229 kasus pada bulan Juli. Sedangkan pada bulan September rata-rata kasus baru per minggu turun lagi menjadi 103 kasus. Dengan demikian data ini mengindikasikan penurunan kasus di Banjarmasin terkait dengan turunnya pengambilan sampel tes, bukan karena pandemi telah terkedali.

Selain kecukupan jumlah sampel tes Covid-19 yang diambil setiap minggunya, WHO juga mensyaratakan pandemi dikatakan mulai terkendali jika angka positive rate sudah berada di bawah 5 persen dalam dua minggu secara berturut-turut. Sedangkan angka positive rate Kota Banjarmasin unuk jumlah kasus positif dan jumlah sampel tes Covid-19 kumulatif hingga 13 November berada di angka 43 persen. Hal ini berdasarkan publikasi dari Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin yang menyebutkan jumlah kasus positif kumulatif sebanyak 3.574 dan jumlah sampel tes kumulatif 8.403.

Indikator ini menunjukkan posisi pandemi Covid-19 Banjarmasin masih jauh dari kriteria WHO untuk dikatakan kasus sudah melandai dan pandemi telah terkendali. Dengan kata lain kita belum dapat mengatakan berdasarkan data kasus terkonfirasi maka pandemi telah melandai atau sudah terkendali. Sebab ada permasalahan pada “alat ukur” untuk menjustifikasi hal itu.

Atas dasar inilah kegiatan yang mendorong mobilitas penduduk lebih tinggi seperti pembukaan sekolah pada masa pandemi menjadi sangat riskan terhadap pertumbuhan Covid-19 di Banjarmasin. Di kota ini sendiri jumlah guru dari tingkat TK hingga SMU dan yang sederajat hampir 10 ribu orang dan lebih dari 150 ribu murid.

Sedangkan mobilitas guru dan murid sendiri tidak hanya terjadi di dalam satu kelurahan tetapi lintas kelurahan bahkan lintas kecamatan. Potensi penularan Covid-19 terhadap guru dan murid tidak hanya ada di dalam kelas atau ruang sekolah tetapi juga dalam perjalan dari rumah ke sekolah dan mobilitas pada saat pulng.

Oleh karena itu rencana pembukaan sekolah oleh Pemerintah Kota Banjarmasin mesti ditimbang ulang. Menunda pembukaan sekolah hingga pandemi betul-betul terkendaali dengan alat ukur yang memadai adalah sebuah langkah yang bijak untuk menyelamatkan guru dan murid serta kepentingan publik yang lebih besar. []

About The Author:

Hidayatullah Muttaqin adalah dosen Program Studi Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lambung Mangkurat, anggota Tim Pakar Covid-19 ULM dan Tim Ahli Satgas Covid-19 Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2020-2022. Email: Me@Taqin.ID 

Published On: 16 November 2020Categories: ArtikelTags: , , , ,