Ketika kehidupan hendak beranjak normal, kita kembali dikejutkan dengan mutasi baru dari virus corona: Omicron atau B.1.1.529. Dua hari yang lewat, organisasi kesehatan dunia (WHO) mengkonfi rmasi bahwa varian ini harus diwaspadai.

Alasannya, Omicron lebih menular dan menaikkan risiko reinfeksi. Delapan negara telah menemukan kasus Omicron di tengah penduduknya.

Anggota Tim Pakar COVID-19 Universitas Lambung Mangkurat, Hidayatullah Muttaqin mengatakan, terjadi kenaikan kasus infeksi hingga delapan kali lipat di Afrika Selatan.

“Indonesia perlu merespons cepat. Tak hanya melarang pelaku perjalanan asal Afrika, tapi juga mengetatkan pintu domestik,” ujarnya kemarin (28/11). Belum ada laporan bahwa Omicron telah memasuki Indonesia. Tapi Muttaqin mengingatkan, ada 150 kabupaten dan kota yang mengalami kenaikan kasus positif pada periode 20-26 November. Jumlahnya sudah mencakup 58 persen dari keseluruhan kasus nasional.

“Omicron ini belum terdeteksi. Jadi kenaikan di 150 daerah itu tak bisa dikaitkan dengan Omicron,” tekannya.

“Tapi kita harus waspada karena dua hal: meningkatnya mobilitas penduduk dan menurunnnya kesadaran prokes,” tambahnya. Dari 150 daerah itu, Banjarmasin memang tak termasuk. “Ada kenaikan, tapi sedikit,” sebutnya. Dia berharap, pemko tetap menjaga 3T (testing, tracing dan treatment). “Termasuk vaksinasi. Karena masyarakat sudah bereuforia dengan pelonggaran,” lanjutnya.

Radar Banjarmasin, 29 November 2021.

About The Author:

Hidayatullah Muttaqin adalah dosen Program Studi Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lambung Mangkurat, anggota Tim Pakar Covid-19 ULM dan Tim Ahli Satgas Covid-19 Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2020-2022. Email: Me@Taqin.ID 

Published On: 29 November 2021Categories: Media CetakTags: , ,