PENGELUARAN MEMBENGKAK SAAT RAMADHAN

PERLU KOMITMEN KUAT

Hidayatullah Muttaqin – Dosen Prodi Ekonomi Pembangunan FEB ULM

News Analysis Smart Money Banjarmasin Post edisi Senin 11 April 2022.
—————————–

Sudah lebih dari sepekan kita berada di bulan Ramadhan. Di bulan yang penuh berkah ini, ibadah puasa tidak sekedar menahan diri dari makan dan minum serta aktivitas lainnya yang dapat membatalkannya, tetapi juga untuk melatih diri berempati terhadap kaum dhuafa. Dengan berpuasa kita dapat merasakan “perihnya” perut orang-orang yang tidak mampu dari sisi ekonomi dalam memenuhi kebutuhan hidup mereka secara layak.

Ibadah puasa dan empati terhadap kaum dhuafa tersebut seyogyanya membawa kita untuk lebih bisa mengendalikan hawa nafsu dan lebih berhemat. Namun apa daya, realitas di masyarakat menunjukkan sebagian dari kita kesulitan mengendalikan hawa nafsu dan berbelanja untuk memuaskan keinginan konsumsi berbagai hal. Akibatnya momen Ramadhan yang idealnya kita bisa lebih hemat dalam pengeluaran untuk kebutuhan diri sendiri dan rumah tangga, akhirnya justru bobol.

Memang tidak mudah mengendalikan hawa nafsu dan keinginan untuk berbelanja. Perlu komitmen yang kuat dari diri sendiri. Misalnya, kita berkomitment ketika berbuka makan dengan makanan yang seperlunya saja yang penting sudah dapat memulihkan tenaga guna melakukan aktivitas ibadah di malam Ramadhan. Utamakan berbuka dengan yang disunnahkan Nabi Muhammad SAW, yaitu kurma. Jika tidak tersedia dapat diganti dengan buah dan minuman yang manis jika tidak ada pantangan gula dari sisi kesehatan.

Namun rencana berbuka seperti itu bisa saja buyar, ketika di siang hari badan loyo apalagi jika merasakan panasnya terik matahari sehingga muncul keinginan berbelanja berbagai macam minuman dan makanan yang lezat. Di sinilah peran komitmen yang kita buat sendiri untuk mencegah konsumsi berlebihan tersebut. Apalagi kita bisa berkaca dari pengalaman sebelumnya, jika terlalu banyak makan malah membuat kita malas beribadah dan badan menjadi lemas. Sementara makanan yang dibeli banyak yang terbuang sehingga justru menjadi mubazir.

Di samping menjaga pengeluaran untuk konsumsi makanan, kita juga perlu mengendalikan keinginan berbelanja barang-barang konsumtif khususnya untuk menyambut Hari Raya Idul Fitri. Bukan tidak boleh, tetapi berbelanja dalam batas yang wajar dan masih masuk dalam jangkauan pendapatan. Karena itu keinginan berbelanja tersebut mesti direncanakan dengan baik dan cobalah buat daftarnya yang realistis.

Ketika kita pergi ke pasar atau pusat perbelanjaan, atau melalui aplikasi “online shopping”, maka keputusan kita untuk membeli sesuatu dibatasi oleh daftar yang sudah kita buat tersebut. Batasannya adalah jenis barang yang mau dibeli dan harganya tidak melebihi dari anggaran yang sudah kita rencanakan.

Tidak mudah memang merealisasikan hal tersebut supaya kantong tidak jebol, puasa dan ibadah Ramadhan berhasil. Hanya saja jika kita bisa berhemat, maka selain bisa ditabung jika kita punya pendapatan terbatas, juga dapat digunakan untuk berbelanja di jalan Allah.

Menyisihkan sebagian penghasilan kita untuk membukakan orang berpuasa atau berinfaq, shadaqah, dan zakat akan memberikan manfaat yang baik bagi orang lain khususnya kaum dhuafa. Di sisi lain tabungan akhirat kita akan semakin bertambah dan nilainya berlipat ganda karena dilakukan di bulan Ramadhan.

About The Author:

Hidayatullah Muttaqin adalah dosen Program Studi Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lambung Mangkurat, anggota Tim Pakar Covid-19 ULM dan Tim Ahli Satgas Covid-19 Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2020-2022. Email: Me@Taqin.ID 

Published On: 12 April 2022Categories: Media CetakTags: , , , ,