Oleh: Hidayatullah Muttaqin

Hingga 25 Juli 2020, laju insidensi kasus positif COVID-19 Kalimantan Selatan sudah mencapai level 129. Angka ini menunjukkan bahwa dalam setiap 100 ribu penduduk di Kalimantan Selatan terdapat 129 kasus yang terkonfirmasi positif. Semakin tinggi laju insidensi, semakin besar jumlah proporsi warga yang terpapar COVID-19. Lantas, bagaimanakah strategi yang harus dilakukan untuk menahan laju insidensi tersebut?

Mengapa Menggunakan Indikator Laju Insidensi?

Penggunaan data laju insidensi adalah untuk mengatasi kurang lengkapnya informasi yang diperoleh dari data kasus secara absolut. Misalnya daerah A memiliki kasus sebanyak 100 warga yang terinfeksi dan daerah B terdapat 80 kasus. Secara absolut, kasus di daerah A lebih besar dibanding di daerah B. Tetapi jika penduduk di daerah A dua kali lipat lebih banyak dari daerah B, maka melihat data hanya dari jumlah absolut menjadi bias. Mengapa?

Katakanlah daerah A berpenduduk sebanyak 200 ribu jiwa sedangkan daerah B sebesar 100 ribu jiwa. Secara absolut kasus terkonfirmasi positif COVID-19 di daerah A memang lebih besar dibanding daerah B. Tetapi proporsi jumlah warga yang terpapar COVID-19 di daerah A lebih sedikit dibandingkan di daerah B.

Laju insidensi di daerah A adalah sebanyak 50 kasus sedangkan di daerah B sebanyak 80 kasus. Data ini menggambarkan jumlah warga yang terinfeksi COVID-19 di daerah B lebih banyak 30 kasus per 100 ribu penduduk dibandingkan di daerah A. Karena itu penggunaan data laju insidensi adalah untuk melengkapi informasi dari data sebaran kasus absolut.

Contoh pentingnya indikator laju insidensi ini adalah ketika kita menggunakan data absolut saja, maka per 25 Juli jumlah penduduk yang terinfeksi COVID-19 di Kalimantan Selatan adalah sebesar 5540 kasus. Angka ini menempatkan Kalsel berada di posisi ke-6 sebagai provinsi paling terpapar COVID-19 di Indonesia.

Jika kita menggunakan laju insidensi, maka posisi Kalsel berada di peringkat kedua nasional setelah DKI Jakarta dengan laju insidensi sebesar 177 kasus. Mengapa Kalsel mengalahkan Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Jawa Tengah dan Jawab Barat? Karena proporsi warga yang terinfeksi COVID-19 di Kalimantan Selatan lebih tinggi dibandingkan daerah-daerah tersebut.

Laju Insidensi Kabupaten dan Kota

Dari 13 kabupaten dan kota di Provinsi Kalimantan Selatan, terdapat empat daerah dengan laju insidensi di atas kasus provinsi. Ke-4 daerah tersebut adalah Kota Banjarmasin dengan laju insidensi 295 kasus per 100 ribu penduduk, Kabupaten Balangan 185 kasus, Kota Banjarbaru 178 kasus, dan Kabupaten Tanah Laut 141 kasus.

Adapun daerah yang tingkat pertumbuhan laju insidensinya melebihi provinsi dalam seminggu terakhir (terhitung sebelum 25 Juli) adalah Kota Banjarmasin dengan tambahan kasus sebanyak 34, Kota Banjarbaru 34 kasus, Kabupaten Hulu Sungai Selatan 30 kasus, dan Kabupaten Barito Kuala 21 kasus. Data ini menginformasikan permasalahan laju sebaran COVID-19 di Kota Banjarmasin dan Kota Banjarbaru adalah paling tinggi dan paling riskan mengingat masih tingginya angka pertumbuhannya seminggu terakhir.

Daerah yang cukup rendah pertumbuhan laju insidensinya seminggu terakhir adalah Kabupaten Kotabaru, Tanah Bumbu, dan Kabupaten Tabalong. Sedangkan Kabupaten Hulu Sungai Tengah tidak mengalami pertambahan kasus.

Dari data ini tampak Kota Banjarmasin merupakan mesin utama penggerak laju insidensi kasus COVID-19 di Kalimantan Selatan. Jika laju insidensi Kota Banjarmasin melambat maka laju insidensi provinsi juga akan melambat dengan syarat daerah lainnya tidak mengalami peningkatan.

Tingginya laju insidensi Kota Banjarmasin dan Kota Banjarbaru menggambarkan adanya sebuah anomali. Mengingat kedua kota tersebut memilik Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang paling tinggi di daerah ini, yaitu masing-masing 77 dan 79. Sedangkan IPM Provinsi Kalimantan Selatan sendiri hanya mencapai 71. Tentu ini perlu penela’ahan lebih dalam apa penyebab anomali tersebut.

Begitu pula tingginya laju insidensi Kabupaten Balangan patut diperhatikan apa penyebabnya. Mengingat kabupaten ini jumlah penduduknya tidak banyak dan jauh dari titik episentrum.

Laju Insidensi Provinsi

Laju insidensi provinsi belum mendekati titik puncaknya sehingga masih jauh dari gerak melandai. Hal ini disebabkan oleh masih tingginya angka laju insidensi harian Kalsel, yaitu rata-rata di atas angka 2.

Tingginya laju insidensi harian Provinsi Kalimantan Selatan terjadi mulai bulan Juni ketika PSBB sudah diakhiri dan strategi new normal atau yang sekarang istilahnya diganti menjadi Adaptasi Kebiasaan Baru mulai diterapkan oleh pemerintah pusat.

Melonjaknya laju insidensi harian pada momen new normal ini mengindikasikan strategi tersebut mendorong meningkatnya kembali mobilitas penduduk seperti keadaan sebelum pandemi. Dengan pergerakan penduduk yang tidak terkendali, maka virus Corona (SARS-CoV-2) semakin mudah menyebar di dalam kota dan ke daerah-daerah.

Pada bulan awal Mei, laju insidensi kasus positif COVID-19 Kalsel masih berada pada level 4 kasus. Kemudian naik 5,5 kali lipat menjadi 22 kasus pada awal Juni. Pada awal Juli laju insidensi melonjak sebanyak 18,8 kali lipat dari posisi awal Mei menjadi 75 kasus. Dan sekarang (25 Juli) kasusnya bertambah 32,3 kali lipat.

Strategi Menahan Laju Insidensi

Dari uraian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa tingginya laju insidensi kasus positif COVID-19 per 100 ribu penduduk Provinsi Kalimantan Selatan disebabkan oleh mobilitas penduduk. Pergerakan penduduk yang tidak terkendali mempercepat laju penularan dan memperluas daerah penularan dari kota ke daerah-daerah. Sedangkan strategi new normal merupakan faktor pendorong kembalinya mobilitas penduduk seperti keadaan sebelum pandemi.

Untuk menurunkan laju insidensi harian Kalsel agar kemudian kurva laju insidensi dapat melandai, maka kebijakan pengendalian mobilitas penduduk harus dilakukan. Adapun kunci pengendalian mobilitas tersebut adalah dengan menurunkan derajat kegiatan ekonomi. Bagaimana caranya? In sya Allah akan dibahas dalam tulisan yang akan datang. [Muttaq.in]

Hidayatullah Muttaqin adalah dosen Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan dan anggota Tim Pakar Percepatan Penangan COVID-19 ULM.

Infografis Perkembangan Laju Insidensi COVID-19 Kabupaten dan Kota di Provinsi Kalimantan Selatan (25 Juli 2020)

About The Author:

Hidayatullah Muttaqin adalah dosen Program Studi Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lambung Mangkurat, anggota Tim Pakar Covid-19 ULM dan Tim Ahli Satgas Covid-19 Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2020-2022. Email: Me@Taqin.ID