Oleh: Hidayatullah Muttaqin
Perkembangan situasi pandemi Covid-19 di Kalimantan Selatan cukup memperihatinkan. Per 9 Maret sudah terkonfirmasi 23.426 penduduk yang sudah terinfeksi Covid-19. Salah satu daerah yang menjadi “motor” utama pertumbuhan kasus di Kalimantan Selatan adalah Kota Banjarmasin. Daerah ibu kota provinsi ini menyumbangkan 26% kasus konfirmasi meskipun proporsi penduduknya hanya 16% dari total populasi Kalimantan Selatan.
Berdasarkan pengolahan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan, dalam kurun waktu 9 hari pertama di bulan Maret, penduduk yang terinfeksi Covid-19 di Kota Banjarmasin bertambah sebanyak 532 kasus sehingga total kasus secara kumulatif menjadi 5.981 orang. Dengan tambahan kasus sebanyak 532 penduduk yang terinfeksi, maka Kota Banjarmasin berkontribusi sebesar 34% dari 1.590 kasus baru di tingkat provinsi pada 1-9 Maret 2021 (lihat peta dan grafik di halaman ini).
Dampak dari ledakan kasus Covid-19 di Kota Banjarmasin adalah semakin tingginya jumlah kasus aktif, yaitu penduduk yang dinyatakan terkonfirmasi positif Covid-19 melalui tes PCR tetapi masih dalam status perawatan. Jumlah kasus aktif di Kota Banjarmasin per 9 Maret mencapai 542 kasus atau 26% dari total kasus aktif provinsi dengan jumlah 2.123.
Ledakan kasus baru yang berdampak pada lonjakan kasus aktif menyebabkan semakin banyaknya jumlah pasien yang harus dirawat di rumah sakit. Merujuk kepada data dari Instagram Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin, jumlah orang yang menjalani perawatan isolasi di rumah sakit per 9 Maret sebanyak 224 pasien. Ini artinya 41% penduduk Kota Banjarmasin yang tengah terinfeksi virus Corona dirawat di rumah sakit. Jika menggunakan data kasus aktif dari Dinkes Kota Banjarmasin, maka proporsi penduduk yang terinfeksi Covid-19 yang sedang dirawat di rumah sakit naik menjadi 63%.
Situasi ini menempatkan Kota Banjarmasin dan daerah sekitarnya berada dalam kondisi membahayakan bagi masyarakat dalam hal kecepatan penularan virus Corona. Di negara lain seperti China dan Selandia Baru, jika ditemukan satu dua kasus baru infeksi Covid-19 saja mereka langsung mengambil langkah strategi penutupan wilayah dan pengehentian mobilitas penduduk (lockdown) untuk sementara waktu. Mereka juga melakukan tes PCR secara masif untuk menjaring sebanyak-banyaknya penduduk yang terpapar virus Corona. Langkah tersebut dilakukan untuk mencegah penularan yang lebih luas sehingga secepatnya masyarakat dapat kembali beraktifitas.
Sementara itu di sini (Banjarmasin) sepertinya bukan sebuah masalah besar, karena mobilitas penduduk dan aktivitas masyarakat berlangsung seperti dalam keadaan normal. Padahal terdapat banyak kasus yang sudah terkonfirmasi dan kemungkinan lebih banyak lagi yang belum terdeteksi.
Ancaman penularan Covid-19 menjadi lebih cepat dan lebih banyak penduduk terinfeksi dapat terjadi seiring dengan sudah masuknya virus Corona varian baru dari Inggris di Indonesia dan Kalimantan Selatan. Hal ini berdasarkan adanya temuan sampel virus B117 di Kalimantan Selatan baru-baru ini.
Pekermbangan pandemi Covid-19 di Kota Banjarmasin ini menuntut kita semua menjadi lebih “aware” untuk meningkatkan kewaspadaan, edukasi, dan menjaring keterlibatan masyarakat secara lebih luas untuk penerapan protokol kesehatan. Pemerintah harus merancang strategi baru penanganan pandemi sebab PPKM dan PPKM Mikro telah gagal dalam mencegah lonjakan kasus di Kota Banjarmasin. []
About The Author:
Hidayatullah Muttaqin adalah dosen Program Studi Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lambung Mangkurat, anggota Tim Pakar Covid-19 ULM dan Tim Ahli Satgas Covid-19 Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2020-2022. Email: Me@Taqin.ID