Soal Kenaikan Harga Elpiji Non Subsidi – PICU INFLASI LEBIH TINGGI

NEWS ANALYSIS – Banjarmasin Post 1 Maret 2022
Hidayatullah Muttaqin – Dosen FEB ULM

Pertamina Pusat kembali menaikan harga gas elpiji non subsidi. Di Banjarmasin, harga isi ulang tabung gas elpiji 5,5 kg menjadi Rp98 ribu sedangkan tabung 12kg menjadi 197 ribu. Kenaikan ini karena penyesuaian harga akibat bergolaknya harganya minyak mentah dan gas dunia karena invasi Rusia ke Ukraina sejak 24 Februari.

Meskipun demikian, kenaikan harga elpiji non subsidi ini momentumnya kurang pas dan memberatkan masyarakat. Karena pada saat bersamaan masyarakat juga menghadapi kenaikan harga kedelai yang menjadi bahan baku tempe dan masih belum stabilnya harga minyak goreng. Kondisi tersebut dapat memicu inflasi yang lebih tinggi pada bulan Maret yang akan datang.

Apalagi peningkatan daya beli masyarakat di Kalsel pada triwulan ke-4 tahun 2021 lebih lambat dibandingkan nasional. Jika pada triwulan tersebut Pertumbuhan Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga di tingkat nasional sebesar 3,55% maka di Kalsel hanya 1,06%. Sementara pertumbuhan tahunan Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga pada 2021 di level nasional sebesar 2,02% sedangkan Kalsel hanya 0,79%.

Berdasarkan data BPS Provinsi Kalimantan Selatan, Januari lalu tingkat inflasi bulanan 0,98% lebih tinggi dibandingkan inflasi Desember 2021 sebesar 0,76%. Hampir separuh inflasi Kalsel datang dari kelompok makanan, minuman dan tembakau terutama dengan kenaikan harga minyak goreng.

Adapaun inflasi terkait gas elpiji yaitu sub kelompok listrik, gas dan bahan bakar lainnya pada bulan Januari 2022 sebesar 0,75% dan sumbangannya masih relatif kecil terhadap inflasi umum. Pada akhir Desember 2021 Pertamina juga menaikkan harga elpiji non subsidi sehingga inflasi sub kelompok ini menjadi 0,99%.

Kenaikan harga gas elpiji non subsidi di samping akan mengerek inflasi pada sub kelompok bahan bakar rumah tangga juga dapat mendorong inflasi kelompok penyediaan makanan dan minuman/ restoran. Hal ini karena restoran dan sebagian warung menggunakan bahan bakar elpiji non subsidi.

Kenaikan harga gas elpiji non subsidi juga dapat mendorong kenaikan harga gas elpiji subsidi pada tingkat eceran di masyarakat. Karena kenaikan harga gas elpiji non subdisi di tengah kenaikan harga-harga lainnya menyebabkan biaya produksi bagi warung makan dan biaya rumah tangga menjadi lebih tinggi.

Situasi tersebut dapat memicu konsumen mengalihkan konsumsi ke gas elpiji subsidi meskipun mereka tidak termasuk warga yang berhak menerima subsidi. Jadi Pertamina dan Pemerintah Daerah harus siap dengan kemungkinan situasi tersebut.

About The Author:

Hidayatullah Muttaqin adalah dosen Program Studi Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lambung Mangkurat, anggota Tim Pakar Covid-19 ULM dan Tim Ahli Satgas Covid-19 Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2020-2022. Email: Me@Taqin.ID 

Published On: 2 Maret 2022Categories: Media CetakTags: , , ,