ANALYSIS BANJARMASIN POST, Senin 19 September 2022

KELEBIHAN SUPLAI

Rencana pemerintah mengalihkan subsidi elpiji 3kg ke kompor listrik merupakan kebijakan berorientasi jangka pendek. Kebijakan ini terlalu riskan dan akan menimbulkan lebih banyak masalah.

Latar belakang kebijakan ini bukanlah disebabkan naiknya biaya subsidi elpiji 3kg itu sendiri terkait lonjakan harga gas di pasar global, tetapi karena PLN mengalami “over supply”. Hal ini juga memiliki kaitan dengan gagasan penghapusan listrik daya 450 VA ke 900 VA.

Muara masalah kelebihan suplai ini adalah dari buruknya rencana bisnis PLN. Perusahaan milik negara ini terjebak pada skema pembelian listrik swasta yang disebut “take or pay” (TOP). PLN harus mengambil listrik swasta sesuai kontrak atau bayar denda. Tentu menjadi pertanyaan mengapa PLN mau mengambil rugi skema bisnis ini tanpa memperhitungkan kapasitas ekonomi dalam menyerap listrik yang diproduksi dan harga yang tidak ekonomis?

Beban PLN inilah yang mau dialihkan pemerintah ke masyarakat melalui rekayasa peningkatan konsumsi listrik rumah tangga. Caranya dengan menghapus skema listrik daya 450 VA dan menggantinya dengan 900 VA, serta mengalihkan secara bertahap konsumsi elpiji 3kg ke kompor listrik.

Rencana ini tentu saja menimpakan kerugian PLN akibat buruknya keputusan bisnis ke masyarakat lapisan menengah ke bawah. Di sisi lain kebijakan tersebut menjamin keuntungan bagi produsen listrik swasta. Dampaknya tentu saja kehidupan sosial ekonomi masyarakat, khususnya rumah tangga miskin akan semakin tertekan sementara ke depannya Tarif Dasar Listrik bisa saja mengalami kenaikan.

About The Author:

Hidayatullah Muttaqin adalah dosen Program Studi Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lambung Mangkurat, anggota Tim Pakar Covid-19 ULM dan Tim Ahli Satgas Covid-19 Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2020-2022. Email: Me@Taqin.ID 

Published On: 20 September 2022Categories: Media CetakTags: , , , ,