BANJARMASIN – Juru bicara Kementerian Kesehatan menyatakan ada penambahan 21 orang yang terinfeksi COVID-19 dari varian Omicron. Rincian kasus baru tersebut, 16 WNI dan lima WNA.
“Per 29 Desember sudah terdeteksi 68 kasus. Sebagian besar sehabis dari perjalanan luar negeri,” kata Anggota Tim Pakar COVID-19 di Universitas Lambung Mangkurat (ULM), Hidayatullah Muttaqin.
Menghadapi ancaman Omicron yang lebih menular, dia menilai, pemerintah daerah perlu mengendalikan mobilitas penduduk. Mengacu data global, selama dua hari saja (27-28 Desember), pecah rekor penularan 2,8 juta kasus.
“Ini menunjukkan kecepatan penyebaran Omicon lebih ganas. Lebih cepat dari Delta,” tekannya.
“Meski gejalanya lebih ringan dan risiko masuk rumah sakitnya lebih rendah, ini harus cepat dimitigasi. Baik oleh Pemprov Kalsel maupun Pemko Banjarmasin,” tegasnya.
Pembatasan yang ia sarankan adalah perjalanan antar daerah dan antar pulau. Tujuannya, agar Omicron tak sempat menjadi transmisi lokal.
“Yang dikhawatirkan adalah penduduk lansia, memiliki komorbid (penyakit bawaan) atau yang belum divaksin,” tukasnya.
Apalagi hanya 32 persen dari populasi lansia di Banjarmasin yang sudah menerima vaksin dosis pertama.
Mau tak mau, menekan mobilitas berarti juga mengerem kegiatan perekonomian.
“Walau berbeda varian, rumus pencegahannya masih sama. Yakni prokes, 3T (testing, tracing dan treatment) dan vaksinasi. Dalam treatment, sangat penting untuk mengendalikan mobilitas penduduk,” tutupnya. (war/fud)
Radar Banjarmasin edisi 31 Desember 2021. Versi web
About The Author:
Hidayatullah Muttaqin adalah dosen Program Studi Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lambung Mangkurat, anggota Tim Pakar Covid-19 ULM dan Tim Ahli Satgas Covid-19 Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2020-2022. Email: Me@Taqin.ID