Situasi Pandemi Covid-19 Kalimantan Selatan
Waspada Penularan dari Kegiatan Ibadah ketika Protokol Kesehatan Diabaikan
Oleh: Hidayatullah Muttaqin
Unduh Laporan Ini [PDF]
Marhaban Ya Ramadhan
Pada Selasa malam, 12 April, kaum muslimin di seluruh dunia menyambut datangnya bulan suci Ramadhan. Bulan yang penuh berkah dan ampunan. Namun seperti tahun sebelumnya, suka cita menyambut Ramadhan masih tidak dapat lepas dari situasi pandemi Covid-19.
Kecepatan Kasus Semakin Tinggi
Sepanjang 15 hari pertama bulan April, penduduk Kalimantan Selatan yang dikonfirmasi positif Covid-19 bertambah sebanyak 3.214 orang. Jumlah ini lebih besar 541 kasus dibandingkan dengan situasi pada 1-15 Maret.
Dalam periode yang sama, tercatat ada 3.171 penduduk yang dinyatakan sembuh dan 55 orang meninggal dunia. Sedangkan penduduk yang masih dirawat di RS, karantina khusus atau pun isolasi mandiri pada 15 April ada sebanyak 2.862 orang.
Situasi pandemi Covid-19 pada paruh pertama bulan April tidak menunjukkan penurunan penularan. Bahkan kecepatan penularan semakin kencang dengan 210 kasus positif per hari, lebih tinggi dibandingkan kecepatan bulan Maret dengan laju 195 kasus per hari. Di tengah situasi pandemi yang “liwar banar”, penerapan protokol kesehatan adalah wajib untuk melindungi diri, keluarga dan lingkungan kita dari bahaya Covid-19.
Waspada Penularan di Tempat Ibadah
Banyaknya penduduk yang dikonfirmasi positif Covid-19 di Kalimantan Selatan menunjukkan tingginya tingkat penularan di Banua. Artinya di mana ada sekelompok orang atau masyarakat berkumpul, di situ ada potensi penularan.
Begitu pula shalat berjamaah di masjid atau musholla di masa pandemi sekarang sangat rawan dengan penularan Covid-19. Kelalaian dalam menerapkan protokol kesehatan dapat memicu pemaparan virus Corona terhadap jemaah dalam jumlah masif.
Takmir masjid perlu memastikan seluruh jemaah mengenakan masker, jika ada yang tidak membawa disediakan masker gratis. Jemaah dilarang masuk jika tidak mau mengenakan masker.
Di samping menjaga jarak antar jemaah, seluruh pintu dan jendela harus dibuka agar sirkulasi udara berjalan dengan baik. Jangan gunakan pendingin ruangan (AC) cukup kipas angin saja. Kegiatan ibadah jangan memakan waktu lama seperti situasi normal. Karena semakin lama Jemaah berkumpul, semakin tinggi potensi penularan.
Namun rendahnya tingkat kepatuhan masyarakat di Kalsel dalam menerapkan prokes (lihat halaman 28) ditambah pola sikap tidak percaya Covid-19, rasa bosan karena kelamaan pandemi, dan sikap pasrah jika terpapar Covid-19 adalah faktor-faktor yang dapat mendorong pengabaian protokol kesehatan dalam melaksanaan ibadah Ramadhan.
Di samping ancaman ledakan kasus dari kegiatan ibadah Ramadhan, yang perlu menjadi perhatian kita adalah potensi penularan di kalangan ibu-ibu rumah tangga dan klaster perkantoran.
Situasi April Berpotensi Lebih Buruk dari Maret
Kalimantan Selatan telah mengalami situasi paling berat pada bulan Maret lalu sepanjang pandemi. Namun kondisi pada bulan April berpotensi lebih buruk dari Maret.
Pertama laju pertumbuhan kasus 15 hari pertama April adalah paling tinggi. Ada 3.214 kasus positif di bulan April. Kedua pengabaian masyarakat terhadap protocol Kesehatan dalam menjalankan kegiatan ibadah di bulan Ramadhan dapat memicu penularan secara massif.
Ancaman Kasus Kematian Lebih Tinggi
Tingginya tingkat penularan di tengah masyarakat mendorong semakin banyaknya jumlah penduduk usia 50 tahun ke atas yang terpapar Covid-19. Jika ini terjadi, potensi peningkatan jumlah kematian Covid-19 dapat melonjak tinggi.
Di Kalimantan Selatan, risiko kematian pada kelompok umur 50-59 tahun adalah 7%, sedangkan 60 tahun ke atas 13%. Adapun pada kelompok umur 40-49 tahun adalah 3%, 30-39 tahun 1%, sedangkan 20-29 tahun di bawah 0,5%. Data per 15 April menunjukkan kasus kematian sudah sebanyak 55 orang yang lebih tinggi dari sebelumnya pada periode yang sama.
Potensi Peningkatan Kasus pada Ibu-Ibu Rumah Tangga
Mobilitas penduduk di Kalimantan Selatan mengalami tren peningkatan kembali dari akhir Januari 2021. Hal in iditunjukkan oleh data Google dalam Covid-19 Community Mobility Reports.
Di antara 6 jenis indikator mobilitas, Mobilitas Sembako mengalami lonjakan mulai awal Maret melampaui mobilitas saat keadaan normal sebelum pandemi (baseline). Mobilitas Sembako adalah mobilitas di pasar tradisional, supermarket, toko bahan makanan dan apotik. Bahkan mobilitas yang identik dengan kegiatan ibu-ibur rumah tangga berbelanja pada awal April melonjak sangat tinggi jauh dari kondisi di awal tahun 2020.
Situasi ini berpotensi mendorong meningkatnya kasus yang menimpa perempuan khususnya ibu-ibu rumah tangga yang selanjutnya bermetamorfosis menjadi klaster keluarga.
Ancaman Klaster Perkantoran
Tidak diberlakukannya Work From Home minimal 50% dan ideal 75% pada kantor-kantor pemerintahan dan swasta memicu penularan yang lebih besar pada pegawai dan karyawan. Hal ini diindikasikan oleh setiap kenaikan mobilitas di tempat kerja disertai dengan naiknya tren kasus harian provinsi. Kantor-kantor pemerintah seharusnya dapat menjadi contoh penerapan pola kerja WFH dan WFO ini untuk menekan tingkat penularan.
Kantor adalah tempat subur untuk pertumbuhan Covid-19 yang disebabkan layoutnya sebagai ruang tertutup dan biasanya menggunakan AC sehingga sirkulasi udara tidak berjalan dengan baik. Tingkat keterisian kantor yang padat dan lamanya durasi orang berada di dalam ruangan merupakan motor transmisi virus.
Insidensi Kalsel Nomer 6 di Indonesia
Pada 15 April laju insidensi kasus kumulatif positif Covid-19 sudah mencapai 763 kasus per 100 ribu penduduk, di mana yang sembuh mencapai 671 orang dan meninggal 22.
Kondisi ini menempatkan Kalsel sebagai provinsi dengan jumlah kasus per 100 ribu terbanyak ke-6 di Indonesia setelah Jakarta, Kaltim, Kaltara, Yogyakarta dan Bali.
Ada tiga daerah dengan insidensi kasus positif kumulatif lebih dari 1000 kasus per 100 ribu penduduk, yaitu Banjarbaru (1.841), Banjarmasin (1.268), dan Balangan (1.207). Adapun insidensi kasus kematian kumulatif paling besar adalah Banjarbaru (53), Banjarmasin (29) dan Hulu Sungai Tengah (28).
Sebanyak 8 daerah di Kalimantan Selatan memiliki laju insidensi kasus kumulatif positif Covid-19 lebih dari 500, bahkan 3 di antaranya lebih dari 1000 kasus. Dalam paruh pertama bulan April ini, ada 3 daerah yang mengalami peningkatan laju insidensi kasus baru di atas 100. Yaitu Banjarbaru (+195), Banjarmasin (+150) dan Tanah Laut (+104).
Enam Daerah Lampaui Separuh Jumlah Kasus Maret
Daerah-daerah yang mengalami pertambahan kasus baru sepanjang 1-15 April melebih saparuh jumlah kasus Maret adalah Tabalong 3,71 kali kasus Maret, Hulu Sungai Tengai 1,14 kali, Hulu Sungai Selatan 0,77 kali, Banjar 0,75 kali, Tanah Laut 0,72 kali, Hulu Sungai Utara 0,64 kali, dan Banjarmasin 0,52 kali. Adapun daerah dengan kasus baru paling besar adalah Banjarmasin (+988), Banjarbaru (+493) dan Tanah Laut (+364).
Kesembuhan di 7 Daerah Melebihi Kasus Positif Baru
Dari 3.214 kasus baru positif Covid-19 di Kalimantan Selatan pada 1-15 April, secara bersamaan ada 3.171 yang dinyatakan sembuh. Meskipun ada peningkatan pada jumlah kesembuhan, tetapi masih lebih kecil dari jumlah tambahan kasus baru dengan rasio 99%.
Ada 7 daerah yang jumlah kesembuhannya melebihi jumlah kasus baru pada waktu yang sama. Yaitu Barito Kuala dan Tapi dengan rasio 136%, Kotabaru 132%, Banjarbaru 130%, Tanah Bumbu 105%, Tabalong dan Balangan 104%, serta Hulu Sungai Utara 103%.
Banjarbaru Alami Kasus Kematian Tertinggi Secara Konsisten
Kasus kematian baru akibat Covid-19 di Kalimantan Selatan pada 1-15 April sudah mencapai 55 orang atau 52% dari jumlah kasus di bulan Maret.
Daerah yang paling banyak penduduknya meninggal adalah Banjarbaru, yakni sebanyak 15 kasus atau 27% dari kasus provinsi. Perkembangan kasus kematian Banjarbaru ini sudah mencapai 79% dari jumlah kasus kematian sepanjang 1-31 Maret.
Apa yang dihadapi oleh Banjarbaru harus mendapatkan perhatian khusus oleh Pemerintah Provinsi untuk menemukan penyebabnya sehingga dapat dilakukan langkah mitigasi bertambahnya korban baru Covid-19.
Kasus Aktif Menurun Tetapi Masih Tinggi
Perkembangan jumlah kasus aktif pada awal ke pertengahan April mengalami tren penurunan. Setelah sampai pada puncak tertinggi 3.076 kasus aktif pada 3 April, menjadi 2.862 pada 15 April. Hanya saja jumlah kasus ini masih sangat tinggi, hanya lebih rendah 12 kasus dibandingkan 31 Maret dan lebih tinggi 1.100 kasus dibandingkan 28 Februari.
Banjarmasin Episentrum Pertumbuhan Covid-19 Kalsel
Rentetan ledakan Covid-19 Kalimantan Selatan pada Januari, Februari, Maret dan April mendorong jumlah kasus kumulatif berlipat dua dari 15.300 kasus pada 31 Desember 2020 menjadi 31.098 kasus pada 15 April 2021. Dari tambahan 15.798 kasus sepanjang awal tahun hingga 15 April, Banjarmasin adalah daerah yang paling besar ledakannya. Yaitu 4.312 kasus atau 27% dari jumlah kasus provinsi.
Pada 1-15 April, jumlah kasus baru Banjarmasin juga yang paling besar dengan proporsi 31% dari kasus provinsi. Daerah yang berdekatan dengan Banjarmasin juga mengalami pertumbuhan kasus yang tinggi.
Geografi Kasus Lebih Berat di Selatan
Seiring dengan posisi strategis Banjarmasin sebagai ibu kota provinsi, pusat perdagangan dan bisnis serta tempat berlibur yang menarik warga di daerah lainnya di Kalimantan Selatan untuk datang, maka penyebaran Covid-19 berpusat dari sini. Karena itu pertumbuhan kasus Covid-19 Kalimantan Selatan tidak akan jauh dari titik episentrumnya, yaitu Banjarmasin.
Tampak pada peta ini perkembangan kasus baru positif Covid-19 pada 1-15 April lebih berat di daerah Selatan provinsi. Hal ini menunjukkan secara geografis penyebaran kasus tidak dapat lepas dari Banjarmasin.
Tingkat Kesembuhan
Jumlah penduduk yang sembuh pada 1-15 April di Kalimantan Selatan sebanyak 3.171 orang. Tingkat Kesembuhan atau Case Recovery Rate (CRR) Kalsel per 15 April adalah 87,94%. Naik 1,24% dibandingkan CRR pada 31 Maret tetapi masih rendah 0,66% dibandingkan CRR 28 Februari. Daerah dengan CRR paling rendah di Kalsel adalah Banjar (78,46%), HSU (83,70%) dan Banjarmasin (85,59%).
Tingkat Kematian
Jumlah kasus kematian baru 1-15 April di Kalimantan Selatan mencapai 55 orang. Secara kumulatif jumlah kematian menjadi 889 kasus. Dengan jumlah tersebut, maka Tingkat Kematian atau Case Fatality Rate (CFR) di Kalsel menjadi 2,86%. Turun 0,13% dibandingkan CFR 31 Maret 2021. Daerah dengan CFR paling tinggi adalah Hulu Sungai Tengah (7,44%), Kotabaru (4,03%) dan Hulu Sungai Selatan (3,96%).
PPKM Mikro Ada Tapi Tiada
Sejak dilaksanakannya PPKM pada pertengahan Januari 2021 yang kemudian dilanjutkan dengan PPKM Mikro, perkembangan pandemi Covid-19 Kalimantan Selatan justru semakin melonjak tajam ke atas. Hal ini menggambarkan ketidakefektifan PPKM dan PPKM Mikro, di mana keberadaannya seperti tiada. []
Hidayatullah Muttaqin adalah dosen Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan dan anggota Tim Pakar Percepatan Penanganan Covid-19 ULM, serta anggota Tim Ahli Satgas Covid-19 Provinsi Kalimantan Selatan.
Download Laporan Situasi Covid-19 Kalimantan Selatan 15 April 2021 [PDF]
About The Author:
Hidayatullah Muttaqin adalah dosen Program Studi Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lambung Mangkurat, anggota Tim Pakar Covid-19 ULM dan Tim Ahli Satgas Covid-19 Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2020-2022. Email: Me@Taqin.ID