Oleh: Hidayatullah Muttaqin
Unduh Laporan Situasi Covid-19 Kalimantan Selatan 30 April 2021
Dunia pada bulan April terhentak oleh badai pandemi Covid-19 yang melanda India. Betapa tidak dalam seminggu terakhir (24-30 April) 44% kasus global datang dari negeri Bollywood di mana dalam sehari sebanyak lebih dari 360 ribu warga dikonfirmasi positif Covid-19 dan 3.187 orang meninggal dunia.
Apa yang terjadi di India juga dapat terjadi di Indonesia, termasuk Kalimantan Selatan, jika kita tidak melakukan antisipasi tepat, cepat dan ketat.
Tingkat Positivitas Covid-19 Kalimantan Selatan Tinggi
Perkembangan kasus konfirmasi positif Covid-19 di Kalimantan Selatan mengalami penurunan pada bulan April sejak memasuki bulan Ramadhan. Penurunan kasus konfirmasi ini patut disyukuri. Hanya saja penurunan ini terjadi di tengah tingginya angka positivitas (Positivity Rate) Kalsel.
Berdasarkan data hasil pemeriksaan spesimen (bukan orang) Kalsel yang dipublikasikan oleh Kementerian Kesehatan (vaksin.kemkes.go.id /#/explorer), Tingkat Positivitas Kalsel pada 1-20 April adalah sebesar 34,21 % lebih tinggi dibandingkan keadaan Maret (32,09%).
Kondisi ini mengkhawatirkan karena jauh dari standar WHO untuk ukuran terkendalinya pandemi Covid-19, yaitu di bawah 5%. Angka 34,21% juga menunjukkan tingkat penularan Covid-19 di Kalsel sedang sangat tinggi di mana dari setiap 100 spesimen yang diperiksa, sebanyak 34 di antaranya hasilnya positif.
Karenanya penurunan kasus konfirmasi pada bulan Ramadhan ini lebih disebabkan oleh turunnya testing. Sebab kondisi fisik yang lebih lemah dapat menurunkan kinerja, termasuk keinginan masyarakat yang bergejala untuk memeriksakan diri.
Titik kritis penurunan kasus konfirmasi di tengah tingginya tingkat penularan di bulan Ramadhan ini adalah memicu peredupan “alarm kewaspadaan” masyarakat akan bahaya Covid-19 sehingga mereka akan menjadi lebih abai terhadap protokol kesehatan.
TINGKAT POSITIVITAS BANJARMASIN 41,37%.
Dari 7.955 spesimen yang diperiksa pada 1-20 April, sebanyak 3.291 positif.
TERJADI KETIMPANGAN TESTING
Jumlah testing Kalsel pada 1-20 April sudah cukup tinggi, 1,84 dari standar WHO minimal 1/1000 penduduk per minggu. Hanya saja, terjadi ketimpangan testing antar daerah. Ada 6 daerah dengan testing di bawah standar dengan yang paling rendah adalah Kotabaru 0,01. Adapun daerah paling tinggi Banjarmasin 4,23 per 1000 penduduk.
Dampak dari rendahnya testing adalah kasus konfirmasi pun menjadi rendah, padahal tingkat positivitasnya sangat tinggi.
Semakin Tinggi Tingkat Positivitas Semakin Besar Kebutuhan Testing
Melonjaknya kasus konfirmasi Covid-19 Kalimantan Selatan dari Januari hingga April dapat terjadi karena semakin tingginya angka testing hingga melebihi standar minimal WHO 1/1000 penduduk per minggu.
Hanya saja, ketika tingkat penularan semakin besar yang salah satunya ditunjukkan oleh semakin tingginya angka positivitas maka kebutuhan testing menjadi semakin tinggi meskipun sudah melewati standar minimal WHO.
Menurunkan testing pada saat seperti ini hanya akan menyimpan “api dalam sekam”. Yang harus kita lakukan justru mendorong 3T lebih kencang melebihi kecepatan penularan.
Protokol Kesehatan Semakin Melemah
Tingginya tingkat penularan Covid-19 Kalsel berkorelasi dengan semakin melemahnya tingkat kepatuhan masyarakat dalam menerapkan protokol kesehatan. Hal ini dikonfirmasi oleh data yang dirilis Satgas Covid-19 Pusat dalam laporan Monitoring Kepatuhan Protokol Kesehatan Tingkat Nasional (lihat hal. 7).
Penurunan ini tidak boleh dibiarkan karena dapat memicu lebih banyak masyarakat yang menjadi korban Covid-19. Kita tidak ingin kehilangan lebih banyak lagi warga Banua yang meninggal karena Covid-19 atau yang mengalami kesakitan dengan gejala berat.
Protokol kesehatan dan pengendalian mobilitas penduduk bersama dengan 3T (testing, tracing dan treatment) jangan sampai melemah di bulan Ramadhan dan liburan lebaran.
Sebab potensi penularan masif cukup tinggi jika pelaksanaan ibadah shalat berjamaah dan buka puasa tidak dibarengi dengan protokol kesehatan yang ketat.
Begitu pula kegiatan sosial ekonomi di pusat perbelanjaan, pasar tradisional dan tempat-tempat umum harus dijaga penerapannya karena semakin mendekati lebaran semakin banyak pengunjungnya.
Adapun anjuran wisata local oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif saat liburan lebaran adalah langkah kontradiktif dengan upaya pengendalian pandemi Covid-19. Sehingga tempat-tempat wisata lokal Kalsel dapat menjadi sarana transmisi penularan Covid-19.
Kasus Konfirmasi Menurun
Pertumbuhan kasus konfirmasi baru di bulan April menurun dibandingkan bulan Maret dari 6.048 kasus menjadi 5.074 kasus.
Penurunan ini mulai terjadi sejak memasuki bulan Ramadhan dan di tengah tingginya angka positivitas. Artinya penurunan tersebut lebih karena menurunnya testing dari awal Ramadhan. Karena itu masyarakat harus berhati-hati, jangan sampai penurunan kasus konfirmasi ini kemudian menyebabkan semakin longggarnya protokol kesehatan.
Kasus Konfirmasi Turun Tetapi Kematian Tidak
Kasus kematian yang dilaporkan pada bulan April sedikit lebih tinggi dibandingkan bulan Maret, yaitu sebanyak 107 kasus. Hal ini menunjukkan turunnya kasus konfirmasi pada bulan April sejak memasuki Ramadhan tidak diikuti dengan turunnya kasus kematian.
Pada 15 hari pertama bulan April, jumlah kasus konfirmasi mencapai 3.214 orang dengan 55 kasus kematian. Sedangkan pada 15 hari terakhir April, jumlah kasus konfirmasi menrunt menjadi 1.860 orang dengan 52 kasus kematian.
Mobilitas Penduduk Kembali “Rebound” Setelah Menurun di Awal Ramadhan
Mobilitas penduduk di Kalimantan Selatan sebagaimana dicatat Google dalam Covid-19 Community Mobility Reports, sempat mengalami penurunan pada awal Ramadhan. Tetapi secara perlahan mobilitas penduduk kembali mengalami “rebound“.
Penurunan mobilitas penduduk di awal Ramadhan adalah hal yang wajar mengingat tidak mudahnya menunaikan puasa sekaligus beraktivitas sebagaimana kondisi tidak berpuasa. Karena itu kebanyakan penduduk cenderung lebih banyak menghabiskan waktunya di rumah.
Namun seiring berlalunya waktu dan semakin mendekati lebaran, mobilitas penduduk kembali mengalami peningkatan. Karena kondisi peningkatan mobilitas ini sudah bisa diperkirakan, maka sudah seharusnya Pemerintah Daerah dan Satgas Covid-19 membuat persiapan antisipasinya untuk mencegah penularan.
Penurunan kasus konfirmasi pada pertengahan pertama bulan Ramadhan bukanlah disebabkan karena turunnya mobilitas penduduk di awa bulan puasa tersebut. Tetapi karena menurunnya testing dan tracing. Adalah tidak mudah mempertahankan kinerja testing ketika sedang berpuasa.
Di tengah penurunan 6 indikator mobilitas dari Google tersebut, mobilitas penduduk ke tempat ibadah pada dasarnya mengalami peningkatan khususnya di awal hingga pertengahan bulan. Tetapi peningkatan mobilitas ke tempat ibadah ini tidak terakomodasi dalam laporan Google tersebut.
Sesuai kultur religi masyarakat Indonesia, mobilitas ke tempat ibadah akan semakin menurun dari pertengahan bulan puasa hingga mendekati lebaran. Penurunan tersebut akan diganti dengan melonjaknya mobilitas sembako, retail dan taman. Jika tidak ada pembatasan mudik, maka mobilitas transportasi juga akan melonjak.
Apa yang perlu diperhatikan adalah jika peningkatan mobilitas ke tempat ibadah tidak disertai dengan penguatan penerapan protokol kesehatan. Karena jika hal itu terjadi, potensi penularan masif di tempat ibadah dapat terjadi yang kemudian bertransformasi penularan terhadap keluarga.
Kekhawatiran kita adalah bilamana kondisi tersebut tidak tertangkap karena pelemahan testing sehingga tidak akan terjadi isolasi untuk memutus mata rantai penularan.
Bacaan lebih lengkap, unduh laporan ini.
Unduh Laporan Situasi Covid-19 Kalimantan Selatan 30 April 2021
About The Author:
Hidayatullah Muttaqin adalah dosen Program Studi Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lambung Mangkurat, anggota Tim Pakar Covid-19 ULM dan Tim Ahli Satgas Covid-19 Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2020-2022. Email: Me@Taqin.ID