Oleh Hidayatullah Muttaqin
Download Mobilitas Penduduk Indonesia Sebelum Lebaran dan Covid-19 [PDF]
Mobilitas penduduk dengan menggunakan kendaraan pada awal Ramadhan sempat menurun tetapi kemudian meningkat begitu pemerintah mengumumkan dilakukannya pengetatan perjalanan mulai 22 April hingga sebelum larangan mudik pada 6 Mei. Namun ternyata tingkat mobilitas tahun ini di bulan Ramadhan lebih besar dibanding 2020.
Potensi ledakan kasus paska lebaran cukup besar. Hal ini didorong oleh penularan antar wilayah dan peningkatan mobilitas penduduk menggunakan kendaraan sejak 22 April. Ditambah lagi dengan situasi tingkat pergerakan dan jumlah kasus yang lebih besar di bulan Ramadhan tahun ini dibandingkan 2020.
Mobilitas penduduk di pusat-pusat transportasi umum dari Google seperti KRL, terminal bus dan stasiun kereta api memiliki perubahan dan pergerakan yang mirip dengan mobilitas kendaraan dari Apple Maps. Ini menunjukkan, masyarakat sudah melakukan pergerakan terlebih dahulu sebelum ditutupnya pintu mudik pada 6 Mei. Begitu pula, tingkat mobilitas di pusat transportasi umum pada Ramadhan tahun ini jauh lebih tinggi dibandingkan 2020.
Berbeda dengan mobilitas kendaraan dan pusat transportasi umum, mobilitas penduduk untuk memenuhi kebutuhan sembako seperti ke pasar tradisional, supermarket, toko-toko grosir dan bahan makanan, serta apotik mengalami peningkatan tajam ketika mendekati lebaran. Bahkan mobilitasnya berada 30% di atas angka baseline atau situasi normal sebelum pandemi. Mobilitas tahun ini juga jauh lebih besar dibanding 2020.
Mobilitas retail dan rekresi memiliki arah pergerakan yang serupa dengan mobilitas sembako, yaitu semakin mendekati lebaran semakin tinggi tingkat mobilitas penduduk. Tingkat mobilitas penduduk ke restoran, kafe, pusat perbelanjaan, dan tempat hiburan pada tahun ini juga jauh lebih besar dibandin tahun 2020. Perbedaannya dengan mobilitas sembako adalah mobilitas ini hanya mendekati baseline, belum melewatinya.
Mobilitas Taman menurut Google adalah mobilitas penduduk ke tempat-tempat umum atau liburan terbuka, seperti taman nasional, pantai umum, dermaga, lapangan terbuka dan taman umum. Tren mobilitas ini pada dasarnya berkebalikan dengan mobilitas tempat kerja. Pada awal Ramadhan, tren mobilitas taman mengalami penurunan dan kemudian meningkat. Semakin mendekati lebaran semakin tinggi mobilitas taman.
Secara umum mobilitas tempat kerja akan mengalami penurunan drastis pada saat akhir pekan dan hari libur. Data dari Google ini menunjukkan ada kecenderungan mobilitas penduduk ke tempat kerja pada bulan Ramadhan lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya. Data ini juga menggambarkan mobilitas kerja pada 2021 lebih tinggi dibanding 2020.
Pada awal Ramadhan, penduduk cenderung lebih banyak berada di rumah dibandingkan beraktivitas di luar rumah. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi adalah tidak mudah melakukan aktivitas yang dapat menguras fisik di masa-masa awal puasa. Seiring waktu dan meningkatnya kebutuhan masyarakat akan sembako, barang konsumsi, rekreasi dan hiburan menjelang lebaran, mobilitas ini Kembali meningkat. Bahkan masyarakat merespon larangan mudik pemerintah dengan lebih sedikit lagi durasi waktu berada di rumah.
Berdasarkan ulasan bahwa secara umum mobilitas penduduk pada bulan Ramadhan atau menjelang lebaran mengalami peningkatan yang tajam dan lebih tinggi dari mobilitas tahun sebelumnya, maka potensi ledakan kasus Covid-19 di Indonesia cukup besar. Apalagi kondisi pertumbuhan kasus konfirmasi yang ada sudah jauh lebih besar dibanding kasus 2020 di periode yang sama. Namun besar tidaknya ledakan kasus konfirmasi sangat bergantung pada naik tidaknya tes PCR.
Di Indonesia naik turunnya kasus konfirmasi Covid-19 sangat bergantung pada naik turunnya orang yang dites PCR. Acapkali penurunan kasus terjadi karena turunnya jumlah orang yang menjalani swab dan tes PCR sehingga ini menciptakan penurunan semu. Ada dua anomali kasus konfirmasi di Indonesia, pertama penurunan kasus konfirmasi mengalami stagnan sejak Maret hingga kini. Kedua, meski tren kasus konfirmasi menurun tetapi kasus kematian justru meningkat.
Fakta ini menunjukkan terjadinya penurunan kasus konfirmasi positif Covid-19 Indonesia di tengah meningkatnya mobilitas penduduk. Padahal semestinya ketika terjadi peningkatan mobilitas, maka potensinya penularan Covid-19 antar manusia menjadi semakin tinggi. Namun anomali ini sudah terjawab pada halaman sebelumnya, bahwa penurunan tersebut disebabkan oleh turunnya testing dengan menggunakan PCR.
Badai pandemi di India sebelum terjadi didahului oleh kondisi melonjaknya mobilitas penduduk; semakin berkurang durasi warga yang menghabiskan waktu di rumah, semakin besar mobilitas masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sembako, retail dan rekreasi, taman, kerja, dan transportasi. Begitu kasus meledak karena terjadinya penularan massif, mobilitas penduduk pun menurun secara dramatis. Tetapi penurunan tersebut sudah tidak berguna karena kasus terus bertambah.
Badai pandemi di India menyebabkan naiknya kasus kematian dalam jumlah yang sangat besar dalam sehari. Arah pergerakan kasus kematian cenderung serupa dengan arah pergerakan kasus konfirmasi penduduk yang terpapar Covid-19. Karena pada dasarnya kasus kematian bergantung pada perkembangan kasus positif. Sementara anomalI perkembangan kasus Covid-19 di Indonesia dapat menjadi sebuah “bom waktu” bagi kita. []
About The Author:
Hidayatullah Muttaqin adalah dosen Program Studi Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lambung Mangkurat, anggota Tim Pakar Covid-19 ULM dan Tim Ahli Satgas Covid-19 Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2020-2022. Email: Me@Taqin.ID