Oleh: Hidayatullah Muttaqin
Pada bulan Maret laju penularan Covid-19 di Kota Banjarmasin semakin “menggila”. Betapa tidak, di hari Sabtu (13/3) ini terjadi ledakan 71 kasus baru yang menyebakan jumlah kasus baru dalam sepekan terakhir (7-13 Maret) meledak hingga ke 427 orang.
Sementara itu sepanjang 13 hari pertama Maret, jumlah kasus baru konfirmasi positif Covid-19 mencapai 750. Ini berarti sepanjang periode 1-13 Maret 2021 pertumbuhan kasus baru Banjarmasin adalah 58 kasus per hari.
Ledakan kasus Covid-19 Banjarmasin juga dapat dilihat dari perbandingannya dengan jumlah kasus di bulan-bulan sebelumnya. Jumlah kasus baru Covid-19 pada rentang waktu 1-13 Maret sudah mencapai 86% jumlah kasus baru di bulan Februari dan 135% kasus baru di bulan Januari. Fakta ini menunjukkan keadaan pandemi Covid-19 di Banjarmasin semakin membahayakan.
Ledakan kasus Covid-19 di Kota Banjarmasin merupakan konsekuensi dari semakin tingginya gelombang kasus harian. Seperti terlihat pada grafik di atas, gelombang kasus harian menurun dari bulan Juli hingga Oktober. Tetapi kemudian gelombang kasus harian kembali melonjak hingga Maret ini.
Tingginya gelombang kasus harian Covid-19 Kota Banjarmasin tersebut pada dasarnya merupakan cerminan semakin abainya masyarakat terhadap prokol kesehatan dan meningkatnya mobilitas penduduk. Kedua kondisi ini mewadahi semakin mudahnya mekanisme transmisi penularan Covid-19.
Melemahnya penerapan protokol kesehatan dapat terjadi manakala kampanye, edukasi dan penegakkan aturan semakin kendor. Aturan yang semakin longgar dalam PPKM Mikro mendorong mobilitas masyarakat semakin tinggi seperti seolah-olah tidak terjadi pandemi.
Tidak hanya mobilitas penduduk untuk bekerja, berbelanja dan makan di restoran dan kafe yang melonjak, tetapi warga berkumpul-kumpul pada lingkungan RT juga semakin sering terjadi. Situasi tersebut mencerminkan seolah-olah pandemi sudah tidak ada.
Kondisi yang membahayakan ini perlu segera ditangani. Program vaksinasi dipercepat tetapi jangan sampai menimbulkan pemahaman yang salah kaprah bahwa 3T dan 5M tidak diperlukan. Mobilitas penduduk harus diatur kembali untuk mengurangi transmisi penularan virus Corona.
Di sisi lain upaya pengendalian pandemi Covid-19 harus melibatkan masyarakat itu sendiri. Tanpa mobilisasi pelibatan peran ulama dan mubaligh, organisasi kemasyarakatan dan komunitas, kalangan milenial dan Gen Z, maka kita akan kesulitan mengalahkan Covid-19. []
About The Author:
Hidayatullah Muttaqin adalah dosen Program Studi Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lambung Mangkurat, anggota Tim Pakar Covid-19 ULM dan Tim Ahli Satgas Covid-19 Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2020-2022. Email: Me@Taqin.ID