Kasus Covid-19 yang dikaitkan dengan varian Omicron pada umumnya bergejala ringan. Namun bagi kelompok rentan; lansia, komorbid dan belum vaksin risiko terpapar virus Corona varian Omicron gejalanya lebih berat, bahkan dapat menyebabkan kematian.
Anggapan ringan telah menjadi sumber kelengahan kita. Dengan pikiran dampaknya “ringan saja” seperti flu, kita menjadi lebih lengah dan kurang berhati-hati. Prokes pun menjadi lemah. Inilah yang menjadi “bahan bakar” cepatnya transmisi Covid-19 di masyarakat, khususnya varian Omicron.
Tanpa disadari kita menjadi seorang yang “indiviualis”. Karena kita mengedepankan kepentingan diri sendiri (self interest) saja tanpa mengaitkannya dengan kepentingan publik yang lebih luas.
Kita abaikan protokol kesehatan. Kita mau melakukan kegiatan yang beresiko untuk memuaskan kesenangan yang diinginkan.
Kita tidak memperhatikan di masyarakat ada kelompok rentan. Tahukah bahwa vaksinasi lengkap baru menjangkau 49% penduduk Kalsel dan 31% populasi lansia di banua.
Kita bawa nama Allah untuk membenarkan “ego” kita bahwa “semua yang terjadi adalah takdir-Nya, jadi jangan takut”. Kita lupa bahwa Allah juga memerintahkan manusia untuk berbuat baik. Di mana perbuatan baik itu akan kembali untuk diri kita sendiri (lihat QS. al-Isra yat 7).
Nabi Muhammad SAW juga menasehati kita dalam hadist riawayat ath-Thabrani, “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.” Dalam HR Ibnu Majah, Nabi mengingatkan kita untuk tidak melakukan perbuatan yang menimbulkan bahaya bagi orang lain.
Saat ini transmisi Covid-19 di masyarakat sangat cepat. Gelombang Omicron di Kalimantan Selatan dalam waktu singkat telah mendekati puncak ledakan Delta pada pertengahan tahun lalu.
Semakin banyak penduduk yang terpapar virus Corona semakin besar risiko yang dihadapi masyarakat khususnya kelompok rentan. Situasi seperti itu akan membawa lebih banyak warga yang memerlukan perawatan rumah sakit dan yang harus meregang nyawa.
Tahukah jika pada 2-8 Februari lalu kasus kematian Covid-19 dunia dalam satu pekan telah mencapai 75 ribu orang? Itu adalah kasus kematian tertinggi terkait Covid-19 sejak pertengahan tahun 2021. Dan itu adalah kasus kematian yang terjadi di era Gelombang Omicron saat ini.
Mari kita cegah risiko korban yang lebih besar dan kematian yang lebih banyak. Mari kita lindungi sesama dan mereka yang rentan agar Gelombang Omicron tidak semakin tinggi dan kasus Covid-19 kembali melandai.
About The Author:
Hidayatullah Muttaqin adalah dosen Program Studi Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lambung Mangkurat, anggota Tim Pakar Covid-19 ULM dan Tim Ahli Satgas Covid-19 Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2020-2022. Email: Me@Taqin.ID