Oleh: Hidayatullah Muttaqin
Pandemi global Covid-19 telah memukul hati dan pikiran hampir seluruh umat manusia. Betapa tidak, menurut situs Ourworldindata.org, perkembangan kasus positif Covid-19 pada tingkat global hingga 28 Mei sudah mencapai 5,66 juta kasus atau 7,1 kali lipat dari keadaan pada akhir Maret 2020. Sedangkan jumlah korban meninggal akibat Covid-19 bertambah 9,4 kali lipat dari posisi akhir Maret menjadi 355 ribu kasus. Di balik nestapa akibat Covid-19, ada perkembangan yang cukup menggembirakan. Apakah itu?
Sebagaimana terlihat pada grafik ini, ledakan jumlah kasus positif covid-19 dan korban meninggal terjadi secara masif pada bulan Maret yang lalu. Ledakan ini dipicu oleh penyebaran wabah yang tidak tertahankan selama periode tersebut di Amerika Serikat dan Eropa, khususnya Italia, Spanyol, Perancis, Inggris, dan Jerman. Kemudian peningkatan kasus positif harian baru mulai melambat pada bulan April seiring dengan semakin terkendalinya situasi di Eropa dan Amerika Serikat.
Namun pada bulan Mei ini, pertambahan kasus positif harian baru kembali melonjak yang didorong oleh ledakan wabah di Brazil, Rusia, dan India. Brazil sebagai negara yang menentang lockdown merupakan negara yang paling parah terdampak pandemi ini baik dari sisi perkembangan kasus positif Covid-19 maupun korban meninggal.
Sisi yang menggembirakan adalah, meskipun belum ditemukan vaksin atau obat untuk mengatasi virus ini, telah terjadi decoupling antara perkembangan jumlah harian kasus baru positif covid-19 dengan jumlah harian korban baru meninggal. Satu sisi terus terjadi peningkatan pertambahan kasus baru positif, di sisi lain terjadi pelambatan kasus baru meninggal. Tren ini menunjukkan semakin melebarnya jarak berlawanan arah antara positif covid-19 dengan korban meninggal. Mungkin semakin melambatnya kasus kematian global berkaitan dengan semakin sigapnya banyak negara menghadapi pandemi Covid-19 baik dari sisi mencegah penyebarannya, maupun dari aspek kecepatan penanganan pasien Covid-19.
Meskipun itu kabar menggembirakan, masih ada kekhawatiran yang cukup besar dengan perkembangan dari negara-negara berkembang yang disebut oleh Bank Dunia sebagai emerging markets. Brazil adalah contoh kasus negara yang “serampangan” dalam menangani pandemi ini yang berakibat pada meledaknya bom Covid-19 di negara tersebut. Ada juga negara-negara yang memilih relaksasi ekonomi dengan kemasan the new normal, padahal tren kurvanya menunjukkan hal sebaliknya. Itu sangat membahayakan masyarakat. Semoga tidak terjadi the new error. [www.taqin.id]
About The Author:
Hidayatullah Muttaqin adalah dosen Program Studi Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lambung Mangkurat, anggota Tim Pakar Covid-19 ULM dan Tim Ahli Satgas Covid-19 Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2020-2022. Email: Me@Taqin.ID