Perekonomian Kalimantan Selatan menghadapi ujian berat pandemi Covid-19. Dalam dua triwulan terakhir PDRB Kalsel tumbuh negatif dengan kontraksi yang semakin dalam. Pada triwulan kedua pertumbuhan ekonomi Kalsel terjun pada level minus 2,63 persen sedangkan pada triwulan ketiga semakin tergelincir hingga minus 4,68 persen.

Dalamnya kontraksi ekonomi pada triwulan ketiga menempatkan Kalsel sebagai provinsi dengan pertumbuhan terburuk nomer 5 di Indonesia setelah Bali, Kepulauan Riau, Banten dan Sulawesi Barat. Sedangkan pada regional Kalimantan, tingkat kejatuhan ekonomi Kalsel berada pada kondisi yang berdekatan dengan Kalimantan Timur -4,61 persen dan Kalimantan Barat -4,46 persen.

Tekanan kontraksi terbesar datang dari sektor Pertambangan dan Penggalian. Sektor ini menyumbang pengkerutan ekonomi sebanyak minus 2,18 persen dari kontraksi PDRB -4,68 persen. Kemudian sektor Industri Pengolahan -1,0 persen dan Perdagangan -0,55 persen. Adapun sektor yang berkontribusi dalam menahan kontraksi adalah sektor Informasi dan Komunikasi sebesar 0,26 persen, Jasa Kesehatan dan Sosial 0,14 persen, dan Real Estate 0,13 persen.

Kontribusi negatif sektor Pertambangan dan Penggalian ini dikonfirmasi oleh anjloknya sumbangan Net Ekspor Impor dalam PDRB sebesar minus 2,32 terhadap -4,68 persen pertumbuhan ekonomi. Sedangkan tergelincirnya Net Ekspor dan Impor Kalsel disebabkan oleh hantaman pasar global terhadap ekspor Kalsel. Kontribusi negatif pertumbuhan ekonomi Kalsel berikutnya adalah Pembentukan Modal Tetap Bruto -0,77 persen dan Pengeluaran Konsumsi Pemerintah -0,60 persen.

Download infografis Ekonomi Kalsel Triwulan III

 

About The Author:

Hidayatullah Muttaqin adalah dosen Program Studi Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lambung Mangkurat, anggota Tim Pakar Covid-19 ULM dan Tim Ahli Satgas Covid-19 Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2020-2022. Email: Me@Taqin.ID