Bahkan warna zonasi risiko pada peta tersebut menjadi bias akibat ketidakcukupan jumlah sampel untuk menggambarkan populasi.
Menurut standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), jumlah sampel tes PCR yang harus diambil adalah satu per seribu penduduk (1/1000) setiap minggunya.
“Sementara pada tingkat nasional pada minggu IV Oktober baru mencapai 63 persen dari standar WHO. Pada minggu I dan II November jumlah tes sebanyak 67 persen dan 86 persen dari standar,” beber pakar UlM tersebut.
Permasalahannya adalah jumlah tes PCR nasional tersebut tidak merata di setiap daerah.
Selengkapnya di Apahabar.com
About The Author:
Hidayatullah Muttaqin adalah dosen Program Studi Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lambung Mangkurat, anggota Tim Pakar Covid-19 ULM dan Tim Ahli Satgas Covid-19 Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2020-2022. Email: Me@Taqin.ID